Li Zhi adalah istri “Kaisar Kungfu” Jet Li yang setia mendampingi suaminya selama 20 tahun. Pada 1986, dengan kecantikan khas timur ia menggemparkan seluruh Asia dengan keberhasilannya merebut mahkota kecantikan Asia.
Pada September tahun yang sama, ia kembali meraih 3 penghargaan besar sebagai “Miss Perdamaian”, “Miss Fotogenik” dan “Miss Berbusana Terbaik” pada kontes kecantikan “Miss Pasifik”. Kejaran para fans membuatnya terperosok ke situasi rawan. Di dalam kerunyaman itulah ia berjumpa Jet Li dan berakhir dengan pernikahan.
Petaka di balik Banyaknya Penghargaan
Laporan 1986 yang dilansir “T.O.M. Entertainment” menyebutkan bahwa dengan kecantikan dan ukuran tubuh yang serasi, Li Zhi juga terpilih sebagai juara Miss Asia, mengakibatkan popularitasnya melonjak tajam dan meraih sukses besar. Dalam sekejap rumah Li Zhi dikunjungi banyak tamu, menyebabkan antrian panjang para fans dan mereka yang ingin melamarnya, termasuk di antaranya raja judi Makao. Kabarnya, saat itu istri si raja judi yang cemburu memerintahkan golongan hitam untuk membunuhnya.
Kala itu kalangan perfilman Hong Kong masih diskriminatif terhadap kaum seprofesi yang berasal dari daratan Tiongkok, ketika mereka mengetahui Li Zhi ternyata seorang “Nona Daratan”. Arah liputan media segera berubah dan mereka beramai-ramai ingin mengorek seluk beluk kehidupan pribadinya. Dalam waktu singkat Li Zhi jadi bahan obrolan di kalangan media.
Cinlok Saat Syuting “Dragon in the World”
Kabarnya, kala itu film perdana yang disutradarai Jet mengalami kegagalan, hingga akhirnya ia mengadu peruntungannya ke AS dan mencari nafkah melalui pelatihan kungfu. Suatu hari ia berjumpa sutradara kenamaan Hong Kong, Tsui Hark dan ia diminta membintangi serial “Huang Fei Hung (The Kungfu Master)".
Sejak saat itu namanya kembali bangkit di dunia perfilman. Saat berada di dalam kesulitan itulah, Jet Li bertemu Li Zhi yang kebetulan juga sedang menderita. Pada 1989 mereka bermain bersama dalam film arahan Tsui Hark berjudul “Dragon in the World”. Lantaran sama-sama berasal dari Tiongkok daratan, kedua insan tersebut memiliki banyak kesamaan dalam topik pembicaraan mereka, hingga di akhir pembuatan film hati mereka berdua diam-diam telah bersemi cinta.
Ironisnya, saat itu Jet Li sudah menikah dengan Huang Qiuyan kakak seperguruannya dan sudah memiliki 2 putri. Hal ini akhirnya membuat Jet Li terperosok ke dalam pilihan serba sulit dan menyakitkan. Waktu itu Jet Li dan Li Zhi bersama-sama mengembangkan karir mereka di Hong Kong dan hubungan mereka semakin dekat. Melihat hal ini, Huang Qiuyan merasakan pernikahannya telah kandas dan betul-betul putus harapannya, hingga pada 1990 ia menceraikan Jet Li.
Tedorong oleh rasa bersalah terhadap mantan istrinya, Jet Li menyerahkan hampir semua tabungannya kepada Huang Qiu-yan ketika bercerai sebagai “tebusan” atas dosa yang telah ia perbuat dan kedua putrinya ia serahkan kepada kedua kakaknya untuk diadopsi. Ia pun mulai lagi dari nol.
Hubungan Cinta Bagaikan Pena dan Tulisan
Trauma mengalami diskriminasi yang sulit dihapus, mantan juara Miss Asia Li Zhi yang kala itu cukup tersohor tidak lagi berketerikatan mengulangi ketenaran masa lampau, dengan konsekuen ia mengundurkan diri dari dunia hiburan dan cukup puas dengan perannya sebagai orang di belakang Jet Li. Jet Li pun dengan iklas memberikan segalanya bagi sang isri, bahkan jiwanya.
Li mengatakan: “Dia ibarat pena, saya tulisannya, tulisan dan pena tidak terpisahkan. Tiada pena, bagaimana mungkin ada tulisan? Demikianlah hubungan kami telah dipateri pada kehidupan kali ini.” Realitanya, mereka juga sedang saling memadu cinta dan toleransi untuk melaksanakan sumpah setia mereka untuk menjadi suami istri yang saling mengasihi selamanya.
Sumber : http://www.epochtimes.co.id/entertainment.php?id=286
Tidak ada komentar:
Posting Komentar